Senin, 27 September 2010

perjalanan tes Pasca Sarjana UGM

Sudah lama saya bermaksud untuk kuliah di Pasca Sarjana UGM. Ada beberapa alasan yang mendasarinya untuk melanjutkan kuliah di sana yang menurut saya alasan tersebut cukup masuk akal. Ada beberapa syarat tes yang cukup berat menurut saya agar saya di terima di perguruan tinggi tersebut. Ketika merunut riwayat pendidikan saya secara pribadi memang wajar dengan kesulitan tersebut mengingat prestasi akademik saya yang cenderung kurang. Dengan keadaan itu tidak mengurangi niat saya untuk tetap melanjutkan studi ke perguruan tinggi ini.

Salah satu syarat yang saya rasa berat dan sudah saya jalani adalah tes potensi akademik atau biasa disebut TPA. Sudah dua kali saya menjalani TPA dan hasilnya masih kurang dan saya berencana untuk tetap mencoba dan mencoba lagi. Semangat itu terpacu mengingat rekan-rekan saya bahkan ada yang sudah mencoba sepuluh kali itu pun belum membikin putus asa dan akan mencoba lagi yang kesebelas.

Ada peristiwa menarik yang saya pribadi harus mengambil hikmah sedalam-dalamnya dari pertistiwa ini. Ada salah satu rekan atau lebih tepatnya senior saya baik secara ilmu, pendidikan maupun umur jauh di atas saya mengingatkan akan kegagalan saya sampai beberapa kali tersebut yang intinya "mengapa sih harus dipaksakan jikalau kemampuan memang minim, mbok ya cari yang lain yang dirasa lebih mudah". Sayangnya saran beliau ini tidak disampaikan secara langsung ke pribadi saya namun menjadi rumor yang berkembang di lingkungan saya. Ciut juga nyali saya melihat statement statement beliau yang sekilas menurut saya masuk akal dan saya amini untuk beberapa hari.

Hari pun berlalu, merenung merenung merenung dan merenung akhirnya ku niatkan lagi dengan pikiran jernih, hati yang ikhlas, tawakal dan doa kuniatkan lagi untuk mencoba. Dalam pikiran saya justeru membuat bangga ketika saya dan beberapa rekan saya gagal untuk mencoba tes masuk bahkan sampe berkali-kali. Bangganya adalah bahwa tidak gampang untuk masuk ke PTN ini konon katanya merupakan PTN tertua dan terbesar di negeri ini dan nomer sekian di antara perguruan-perguruan tinggi di dunia, jadi mahasiswa yang benar-benar memenuhi standar qualifiikasi tertentu serta memperhatikan banyak aspek untuk bisa diterima menjadi mahasiswa. Jadi tidak sekedar akal-akalan.

Akhirnya kujalani tes sekali lagi secara kolektif untuk UM pasca sarjana UGM. Dan hasilnya pun memuaskan sesuai dengan harapan bahwa saya diterima secara akademik walaupun masih banyak pekerjaan rumah menanti mengingat harus menjalani tes-tes yang lain. Trimakasih seniorku yang telah memberikan ganjalan-ganjalan dalam perjalananku ini. Jika tidak ada ganjalan niscaya saya akan terlena atau bahkan tertidur lelap. ( The Grestest In The World Never You Give Up)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar